Back to Insights

Kurangnya Standarisasi Proses DMS di Antara Distributor

Distribusi
Kurangnya Standarisasi Proses DMS di Antara Distributor

Topic

Operational Discipline as Strategy

Released Date

22 July 2025

Category

Solution

Sistem Terfragmentasi, Operasi Tidak Seragam

Di berbagai jaringan distribusi FMCG, farmasi, dan tembakau, ketidakefisienan operasional sering kali disebabkan oleh tidak adanya proses Distribution Management System (DMS) yang distandarisasi di antara para distributor. Walaupun prinsipal memiliki sasaran dan KPI yang terpusat, setiap distributor cenderung menjalankan alur kerja, struktur harga, prosedur persetujuan, dan metode pelaporan yang berbeda-beda. Ketidaksamaan ini sering diabaikan hingga akhirnya menimbulkan hambatan besar dalam operasional.

Platform Terdesentralisasi, Logika Terpisah

Banyak distributor memilih platform DMS berdasarkan selera, keterbatasan anggaran, atau kemampuan teknis lokal. Tanpa panduan atau standar implementasi yang seragam, sistem-sistem ini berkembang secara terpisah. Beberapa distributor telah mengotomatisasi proses retur, sedangkan lainnya masih mengandalkan email. Promosi perdagangan ada yang langsung diterapkan saat pemesanan, namun di tempat lain baru dihitung ulang di akhir bulan.

Perbedaan ini memperlambat eksekusi dan menyulitkan konsolidasi data kinerja antar wilayah. Bahkan KPI sederhana seperti penjualan per outlet atau umur klaim pun menjadi tidak akurat.

Ilusi Kontrol Melalui Intervensi Manual

Sebagai respons terhadap ketidaksesuaian diatas, banyak prinsipal menerapkan pengawasan manual seperti penggunaan template Excel, panggilan mingguan, dan lokakarya rekonsiliasi. Meskipun metode ini tampak memberikan kendali, sebenarnya cara ini menguras tenaga, rawan kesalahan, dan tidak dapat diterapkan dalam jangka panjang. Alih-alih menyelesaikan masalah fragmentasi, cara ini justru menambah lapisan birokrasi dan menghambat ketangkasan dalam merespons perubahan pasar.

Penambalan manual hanya menciptakan ilusi kontrol sambil menutupi ketidakefisienan sistemik. Lama-kelamaan, hal ini menyita sumber daya yang seharusnya difokuskan pada pertumbuhan strategis.

Ketidakkonsistenan Eksekusi Menghambat Kinerja Pasar

Ketidakseragaman dalam proses DMS berdampak langsung pada kualitas eksekusi. Promosi yang sukses di satu area bisa gagal total di area lain, hanya karena perbedaan dalam prosedur persetujuan, skema diskon, atau format pencatatan data. Akibatnya, tim penjualan sering kali kebingungan, pelaksanaan di lapangan tidak konsisten, dan pengalaman pelanggan menjadi beragam dan tidak seragam.

Dampaknya bukan hanya pada reputasi merek, tetapi juga kinerja keuangan. Perbandingan kinerja menjadi tidak adil dan mematahkan semangat tim yang merasa dirugikan oleh sistem.

Fragmentasi Data Menghambat Keputusan Strategis

Salah satu dampak terburuk dari tidak distandarkannya DMS adalah hilangnya kemampuan untuk memperoleh wawasan bisnis real-time yang akurat. Setiap distributor menggunakan definisi data, rentang waktu, dan struktur kanal yang berbeda, sehingga penggabungan data menjadi sangat sulit. Akibatnya, manajer wilayah dan pimpinan pusat kerap kali harus membuat keputusan berdasarkan dugaan semata.

Hal ini menghambat visibilitas terhadap pergerakan produk, efektivitas promosi, dan penetrasi outlet. Tindakan korektif juga menjadi lambat karena jejak data yang tidak jelas atau tidak tersedia.

The DMS Transformation Journey

Standarisasi Bukan Tentang Kontrol, Tapi Pemberdayaan

Beberapa prinsipal enggan mendorong standarisasi karena takut dianggap terlalu mengontrol. Padahal, standarisasi bukan berarti menghapus otonomi distributor. Justru sebaliknya, standarisasi memungkinkan kelincahan, transparansi, dan kerja sama yang lebih baik. Proses yang distandarkan tetap bisa fleksibel, namun dalam kerangka yang menjamin konsistensi.

Pendekatan ini membangun kepercayaan, memperlancar kolaborasi, dan membuat seluruh jaringan beroperasi sebagai satu sistem yang terkoordinasi.

Solusi: Membangun Model Operasional yang Seragam

Untuk menjawab tantangan ini, perusahaan perlu merancang model operasional DMS yang disepakati bersama secara jelas. Model ini harus mencakup standarisasi alur kerja untuk proses-proses inti seperti order-to-cash, manajemen klaim, pengaturan promosi, penanganan retur, dan pengelolaan inventaris. Selain itu, tata kelola data juga harus diatur dengan baik—meliputi struktur data master yang konsisten, penamaan SKU yang seragam, serta definisi KPI yang selaras di seluruh jaringan distributor.

Setelah model ditetapkan, distributor dapat mengadopsi platform bersama atau menyesuaikan sistem mereka agar selaras dengan standar. Fokusnya adalah integrasi berbasis hasil—agar logika eksekusi tetap konsisten terlepas dari teknologi yang digunakan.

Kesimpulan: Persatuan di Inti, Fleksibilitas di Ujung

Tanpa proses DMS yang distandarkan, jaringan distributor akan terus menghadapi inefisiensi dan ketidaksesuaian. Namun jika dipandang sebagai alat pemberdayaan strategis, standarisasi justru menjadi kunci untuk eksekusi yang andal, data yang akurat, dan pertumbuhan yang dapat diskalakan.

Saatnya membawa struktur dalam kekacauan. Fleksibilitas justru tumbuh maksimal saat dibangun di atas fondasi yang konsisten.

Continue Reading this topic

Read the Full Context

Proses sebagai Strategi: Mengapa Disiplin Operasional Memberikan Keunggulan Kompetitif

Read Article Our Archive

Markas Kami

Jl. Bangka IX No. 40C, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jakarta 12720

+62 21 719 3251
info@pratesis.com

Contact us by email info@pratesis.com or see more information on our socials:

Copyright 2025. Pratesis. All Rights Reserved