Back to Insights

Banyak Inisiatif Digital Gagal karena Minimnya Keterlibatan Eksekutif

Distribusi
Banyak Inisiatif Digital Gagal karena Minimnya Keterlibatan Eksekutif

Topic

Leadership & Governance of Transformation

Released Date

15 July 2025

Category

Solution

Kurangnya Arah Jelas: Ketika Inisiatif Digital Hanya Dijalankan, Bukan Dipimpin

Di banyak perusahaan distribusi—termasuk di sektor FMCG, Farmasi, dan Tembakau—transformasi digital masih dipandang sebagai pekerjaan teknis, bukan sebagai agenda strategis utama. Pimpinan hanya sebatas menyetujui anggaran untuk sistem seperti DMS, SFA, atau BI, lalu menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan kepada manajemen menengah atau tim TI. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara tujuan strategis yang diharapkan dan realisasi implementasi di lapangan.

Akibatnya, sistem memang diterapkan, namun penggunaannya lambat dan kurang berdampak. Proses bisnis berubah secara digital, tapi tidak mengalami transformasi mendasar. Platform yang seharusnya mendorong pertumbuhan malah hanya berfungsi sebagai alat pelaporan. Tanpa keterlibatan aktif dari pimpinan puncak, inisiatif digital jarang mampu mendorong perubahan model bisnis yang sudah kadaluarsa atau memicu perubahan budaya kerja. Pada akhirnya, sistem hanya dianggap sebagai pembaruan perangkat, bukan sebagai penggerak arah bisnis baru.

Biaya dari Sponsor yang Pasif

Sering kali kegagalan inisiatif digital bukan disebabkan oleh platform yang buruk, melainkan karena pimpinan hanya memposisikan diri menjadi sponsor pasif. Mereka mungkin menyetujui solusi baru, hadir di rapat pembukaan, atau menyepakati roadmap, namun tidak terlibat secara aktif setelahnya. Tanpa keterlibatan berkelanjutan, semangat implementasi pun meredup. Tim di lapangan tidak merasakan urgensi, dan manajer menganggap adopsi digital sebagai hal yang tidak wajib. Akibatnya, peluncuran sistem hanya dianggap sebagai rutinitas teknis, bukan sebagai tonggak perubahan organisasi.

Minimnya kepemimpinan yang terlihat secara nyata membuat transformasi kehilangan arah. Manajer menengah cenderung terjebak pada pencapaian target jangka pendek. Unit-unit bisnis enggan berubah karena tidak merasa didorong—atau diberi peluang—oleh pimpinan. Seiring waktu, investasi yang semestinya menjadi pembeda kompetitif justru berubah menjadi beban biaya yang tak memberikan hasil.

Keberhasilan Digital Butuh Penyelarasan Lintas Fungsi

Transformasi digital yang sesungguhnya tidak bisa hanya berfokus pada tim TI atau bagian operasional saja. Sistem digital harus menjangkau seluruh area penting seperti penjualan, pemasaran, perdagangan, rantai pasok, dan keuangan secara serempak. Namun tanpa kepemimpinan eksekutif yang kuat, kolaborasi lintas fungsi sulit terwujud. Setiap divisi cenderung bekerja dalam batasannya sendiri, hanya mengejar KPI individu tanpa memperhatikan tujuan bersama perusahaan.

Peran eksekutif sangat krusial dalam menghilangkan sekat antar departemen. Saat seorang CEO atau CCO secara aktif mengawal peluncuran SFA, atau ketika CFO secara eksplisit menghubungkan adopsi BI dengan ketangkasan keuangan, pesan yang tersampaikan ke seluruh organisasi menjadi sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa sistem tersebut bukan sekadar alat baru, tetapi merupakan elemen penting dalam strategi untuk memenangkan persaingan pasar. Peran pemimpin dalam mewujudkan transformasi digital

Pemimpin Harus Menjelaskan ‘Mengapa’ di Balik ‘Apa’

Penyebab umum kegagalan digital adalah kurangnya narasi yang kuat. Tim diberi tahu sistem apa yang akan diimplementasikan dan kapan akan diluncurkan—tetapi jarang diberi tahu mengapa hal itu penting bagi bisnis, pelanggan, dan mereka secara pribadi. Tanpa "mengapa," pengguna garis depan tidak melihat insentif untuk mengubah kebiasaan. Adopsi menjadi mekanis, dan antusiasme cepat memudar setelah go-live.

7 Skill Digital Leadership Penting Untuk Dukung Transformasi Digital. Kepemimpinan eksekutif memegang peran kunci dalam menjelaskan dan menyampaikan makna di balik setiap inisiatif digital. Ketika seorang pemimpin mampu mengaitkan proyek digital dengan tujuan pertumbuhan bisnis, kesigapan operasional, atau kedekatan dengan pelanggan, maka tercipta sebuah alasan yang kuat untuk berubah. Visi yang dibawa pemimpin ini menjadi arah bersama, yang menyatukan seluruh tim dan mendorong perubahan berkelanjutan jauh melampaui aspek teknologinya.

Visibilitas dan Akuntabilitas Mendorong Adopsi

Inisiatif digital akan berhasil jika ada akuntabilitas. Ketika dasbor eksekutif menampilkan metrik adopsi secara real-time, ketika pimpinan penjualan secara rutin meninjau penggunaan sistem per wilayah, dan ketika kisah sukses dibagikan dalam rapat dewan, seluruh organisasi merasakan kehadiran kepemimpinan di setiap layar dan proses.

Sebaliknya, jika tidak ada yang mempertanyakan performa sistem—atau dampaknya terhadap hasil bisnis—pengguna cenderung cepat kehilangan motivasi. Kurangnya sorotan dari atas menciptakan celah kepemilikan di semua level. Meski pemimpin eksekutif tidak harus mengelola sistem setiap hari, mereka tetap perlu memantau perkembangan, mengajukan pertanyaan kritis, dan memberi apresiasi yang nyata terhadap kemajuan. Transformasi digital sebagai satu-satunya jalan di masa ketidakpastian

Budaya Transformasi Dimulai dari Atas

Transformasi digital pada hakikatnya adalah perubahan budaya. Ia mengajak tim untuk mengevaluasi ulang cara kerja, cara mengukur keberhasilan, dan cara berkolaborasi lintas fungsi. Perubahan semacam ini tidak cukup hanya diperintah—harus diteladankan. Ketika eksekutif menggunakan alat digital secara langsung, meminta laporan dari dasbor terkini alih-alih data lama, serta membimbing manajer berdasarkan KPI real-time, mereka turut membentuk budaya digital yang nyata di organisasi. Kepemimpinan Digital dan Organisasi Pembelajar

Bergerak dari Sponsor Proyek ke Arsitek Transformasi

Untuk benar-benar menciptakan keunggulan kompetitif melalui teknologi digital, para eksekutif harus melangkah lebih jauh dari sekadar menjadi sponsor pasif dan berperan sebagai arsitek transformasi aktif. Artinya, mereka harus terlibat dalam merancang strategi, mengawal implementasi, dan memastikan setiap hasil selaras dengan tujuan bisnis.

Ini juga berarti mengintegrasikan KPI digital ke dalam diskusi dewan, menggunakan data lapangan untuk pengambilan keputusan strategis, dan secara pribadi menegaskan hubungan antara eksekusi digital dan kinerja bisnis. Strategi Pemimpin dalam Digital Leadership di Era Disrupsi Digital

Kesimpulan: Tanpa Kepemilikan, Tidak Ada Transformasi

Dalam lanskap distribusi yang kompetitif, sistem digital tidak lagi bisa dianggap sebagai tambahan operasional. Sistem ini harus dilihat—dan dipimpin—sebagai penggerak utama pertumbuhan bisnis. Tanpa kepemilikan eksekutif, bahkan inisiatif terbaik pun akan kesulitan. Dengan kepemimpinan yang kuat, bahkan alat yang sederhana dapat menghasilkan dampak luar biasa. Kepemimpinan bukanlah sekadar pemangku kepentingan dalam transformasi digital. Kepemimpinan adalah penggeraknya.

Continue Reading this topic

Read the Full Context

Kepemimpinan Transformasi dari Puncak: Peran Dewan dalam Reinvensi Digital

Read Article Our Archive

Markas Kami

Jl. Bangka IX No. 40C, Pela Mampang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jakarta 12720

+62 21 719 3251
info@pratesis.com

Contact us by email info@pratesis.com or see more information on our socials:

Copyright 2025. Pratesis. All Rights Reserved